Lidah api matahari meletus pada Selasa (7/6/2011) pagi. Uniknya, letusan tidak menyebabkan lidah api ke angkasa, melainkan kembali ke matahari, menciptakan hujan berbentuk mahkota.
Peneliti surya asal NASA Jack Ireland mengaku belum pernah melihat kejadian seperti ini. Letusan terbilang berukuran sedang, tetapi plasma yang mengandung magnet yang dilontarkan lidah api--disebut filamen--bisa berukuran 10 kali Bumi. Kejadian letusan itu terjadi dalam jangka waktu beberapa jam.
Filamen yang besar biasanya terlepas dari medan magnet matahari dan melewat ke luar angkasa. Demikian penjelasan dari ilmuwan NASA Alex Young. Hanya saja pada kejadian kali ini, filamen kembali ke matahari. "Kemungkinan tidak punya energi yang cukup," katanya.
Hujan plasma tidak jatuh tegak lurus ke matahari, tetapi mengikuti garis medan magnet yang tidak tampak. Beberapa material tertarik ke titik terang aktivitas magnetik, yang disebut area aktif. "Medan manget dari area aktif itu menarik plasma. Sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya," kata Young.
Kejadian itu terekam oleh Solar Dynamics Observatory milik NASA. Kejadian tersebut sendiri tidak akan berefek pada Bumi. "Tak perlu khawatir. Nikmati saja keindahannya," kata Young. (National Geographic Indonesia/Alex Pangestu)
sumber : http://sains.kompas.com/read/2011/06/09/17363933/Hujan.Api.di.Permukaan.Matahari