Raksasa blog mikro Twitter kabarnya melakukan pembicaraan akuisisi ‘tingkat rendah’ dengan Google Inc (Nasdaq: GOOG) dan Facebook. Sebenarnya apa yang terjadi?
Eksekutif raksasa pencarian Google dan jejaring sosial Facebook mengadakan pembicaraan tingkat rendah dengan orang-orang Twitter Inc untuk menjelajahi prospek perolehan layanan pesan. Demikian dilaporkan Wall Street Journal mengutip orang yang akrab dengan masalah itu, kemarin.
Twitter didirikan Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams pada Maret 2006. Sayangnya, sejak diluncurkan ke publik pada Juli 2006, situs itu ‘hanya’ dihargai US$8-10 miliar (Rp71-90 triliun).
Pada Desember, Twitter mencapai nilai US$3,7 miliar (Rp33 triliun) saat mendapat dana baru US$200 juta (Rp1,8 triliun) dari perusahaan modal ventura Kleiner Perkins Caufield & Byers dan investor Twitter.
Pada 9 Februari, perusahaan modal Andreessen Horowitz mengatakan telah berinvestasi US$80 juta (Rp714 miliar) pada Twitter. Sepintas, penilaian US$10 miliar (Rp90 triliun) tampak terlalu mahal bagi situs yang diluncurkan hanya lima tahun lalu dan dikabarkan telah menghasilkan pendapatan US$45 juta (Rp 401 miliar) pada 2010.
Selain itu, kabarnya perusahaan ini juga menitikberatkan pada perekrutan dan pusat data. Tapi, ada alasan kuat Twitter dapat membenarkan harga tinggi itu. Situs yang melonjak popularitasnya tiap hari itu memiliki banyak data pengguna yang bisa membantu pengiklan.
Tahun depan, Twitter diperkirakan meraup dolar iklan bahkan melebih. Twitter memiliki 175 juta pengguna aktif dan 95 juta tweets ditulis tiap hari.
Menurut eMarketer, Twitter yang berbasis di California ini diperkirakan mampu menghasilkan pendapatan US$150 juta (Rp1,4 triliun) pada 2011 dan sebagian besar datang dari Amerika Serikat (AS). Jumlah US$ 150 juta (Rp 1,4 triliun) merupakan peningkatan yang substansial atas pendapatan US$45 juta (Rp401 miliar) selama 2010, tahun pertama Twitter menjual iklan.
Pada 2012, eMarketer memperkirakan pendapatan Twitter mencapai US$250 juta (Rp2,2 triliun). Namun, perusahaan ini harus menunjukkan bahwa ia bisa mempertahankan kesuksesannya.
“Jika Twitter dapat menumbuhkan basis pengguna dan meyakinkan pemasar nilainya sebagai pemain sekunder Facebook, ia akan berhasil mendapatkan pendapatan,” kata analis utama eMarketer Debra Aho Williamson. “Pada 2011, Twitter harus bekerja lembur untuk memberi pengiklan pengalaman awal yang positif”.
Facebook pernah menawar Twitter seharga US$500 juta (Rp4,5 triliun) namun ditolak pada 2008. Facebook sendiri setidaknya memiliki 500 juta pengguna terdaftar. Dari jumlah pengguna sebanyak itu, Facebook mendapat miliaran dolar dari iklan.
eMarketer memperkirakan, pemasar akan menghabiskan US$4 miliar (Rp35,7 triliun) untuk Facebook di seluruh dunia pada 2011, dan US$2,2 miliarnya (Rp 19,6 triliun) untuk Amerika Serikat (AS).
Facebook akan menerima 68% dari seluruh pengeluaran iklan jejaring sosialnya di seluruh dunia. Jika membeli Twitter, Facebook dapat mengkonsolidasikan posisinya dalam ruang jejaring sosial dan menghasilkan dana tambahan dari iklan.
Bagi Google yang setidaknya memiliki US$35 miliar (Rp 312,5 triliun) untuk akuisisi, mencoba meningkatkan kehadirannya di ruang jejaring sosial. Twitter bisa sangat cocok karena menawarkan database online real-time yang paling komprehensif. Selain itu, Google ingin lebih dulu mendapat Twitter dari pesaingnya seperti Facebook, Microsoft atau Yahoo yang ingin mengeksploitasi pasar iklan jejaring sosial.
Namun, meskipun penilaian kekayaannya sampai US$10 miliar (Rp90 triliun) dan beberapa pelamar potensial, eksekutif Twitter kabarnya tak tertarik menjual perusahaannya dan yakin bisa membangun Twitter menjadi perusahaan senilai US$100 miliar (Rp892,7 triliun).
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1231202/facebook-google-rebutan-twitter