Serupa jabal magnet Madinah di Arab, di Purwokerto juga muncul fenomena sama. Namun, ilmuwan mengklaim, fenomena itu hanyalah ilusi optik. Seperti apa?
Menurut fisikawan Brock Weiss dari Penn State University dan didukung pengukuran GPS, efek ini hanyalah ilusi. Ilusi lansekap ini membuat posisi pohon dan lereng di daerah sekitar atau garis cakrawala melengkung.
“Hal ini dapat menipu mata sehingga terlihat menaiki tanjakan padahal menuruni tanjakan,” paparnya. Tak semua bagian gunung mengalami kondisi ini, kondisi langka ini hanya terjadi pada titik tertentu.
“Kuncinya, lereng memiliki bentuk sedemikian rupa hingga memunculkan efek seolah orang berjalan menaiki tanjakan”. Pengukuruan GPS dan ilmuwan lain menunjukkan, elevasi daerah dasar tanjakan sebenarnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak. “Jalannya benar-benar menurun!”.
Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di penjuru dunia, bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah melainkan pikiran manusia. Mata dan otak manusia dapat dibohongi degan mudah sehingga hukum fisika dapat berubah.
Namun, yang terjadi hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut ganjil. Pada daerah semacam ini, daerah cakrawala sepenuhnya atau sebagian besar terhalangi. Akibat tak adanya titik referensi handal dan diperkuat ilusi indera keseimbangan tubuh, mata manusia silit menilai kemiringan permukaan.
Akibat lainnya, benda secara normal dianggap tegak lurus dengan tanah padahal sebenarnya berbaring.
sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1436852/ilmuwanjabal-magnet-purwokerto-ilusi-optik