Meski beberapa calo sempat jadi sasaran amuk masa, keberadaan mereka ternyata tetap dibutuhkan dan dicari-cari. Dengan omzet bisa mencapai Rp 1 juta, tak heran kalau 'profesi' ini banyak peminat.
Berjubelnya calon pembeli dan manajemen tiket yang amburadul membuat usaha mendapatkan tiket pertandingan Piala AFF jadi perjuangan yang luar biasa berat. Datang beberapa jam kadang tak cukup menjamin pulang membawa karcis yang diinginkan, maka beberapa orang memilih menginap di sekitar tiket boks.
"Itu barusan saya liat ada penonton dari Semarang diri'in tenda, terus ada juga yang datang dari Palembang. Kalo saya bisa bantu kasih mereka tiket kan bagus juga," sahut seorang calo GBK yang akrab disapa Babe dalam perbincangannya .
Disebut Babeh, menjadi calo tiket Piala AFF memberinya keuntungan yang cukup besar. Meski kadang kala dia juga harus menanggung kerugian, namun lebih banyak uang yang masuk kantongnya ketimbang keluar demi menutupi kerugian.
"Gak selalu untung juga, Bang. Rugi sih bisa juga. Tapi kalo lagi untung bisa deh kita dapet sampe satu juta, bisa lebih juga," lanjut Babeh dalam logat Jakarta yang kental.
Diceritakan dia kemudian, menjadi calo hanya pekerjaan musiman. Soalnya aktivitasnya kesehariannya adalah pedagang di Pasar Senen. Namun karena janji keuntungan yang didapat sangat besar, Babeh tak ragu untuk sementara meninggalkan usaha dagangnya.
"Saya sih udah lama jadi beginian. Pokoknya kalo ada pertandingan bola pasti ke sini. Kalo Persija maen kita juga jualin tiketnya. Anak-anak muda di sini (yang juga jadi calo), malah suka pergi ke Bandung kalo Persib maen," kisah dia.
Babe tak punya jalur khusus untuk mendapatkan tiket tersebut. Dia kerap ikut mengantri bersama ratusan fans, meski lebih sering juga membayar pemuda-pemuda yang dia kenal di dekat rumahnya untuk mewakilinya mengantri sekaligus demi mendapat tiket lebih banyak.
"Waduh anak-anak muda itu harus kita bayar juga. Satu lembar tiket bisa limapuluh ribu, itu belom termasuk makan sama rokoknya. Saya sih biasanya cuma nyuruh dua orang aja buat antri tiket. Lumayan , kan satu orang dijatah lima, jadi dapet 10."
"Duit (modal) ya dari barang-barang yang kita punya aja digadein. Mendingan nyalo daripada nganggur, ada juga sih yang tukang ojek," sambung Babe.
Untuk hari Minggu (26/12/2010) ini Babe sedikit kurang beruntung karena dia tak punya tiket Kategori III. Dia justru menawarkan tiket Kategori I (harga normal Rp 200.000) yang dijual Rp 400.000. Babe mengaku punya 10 lembar tiket kategori tersebut.
Saat disinggung soal nasib beberapa calo yang jadi sasaran amuk masa, Babe sama sekali tak khawatir.
"Yang kita pegang kan bukan tiketnya, Bang. Baru voucher yang harus dituker tanggal 28. Nah kita juga ngeluarinnya dua-dua, jangan langsung semuanya. Itu yang sampe dipukulin salah dia, ngeluarin tiket banyak-banyak," tuntas Babe.
sumber : http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2010/12/26/090206/1532665/76/kisah-calo-tiket-di-gbk?b99110170